Sabtu, 07 Juli 2018
Mengenal Tuan Guru Bajang
Mengenal Tuan Guru Bajang
Maulana Syekh Zainuddin Abdul Majid terkenal memiliki tingkat keilmuan yang tinggi tentu tidak mudah mengambil keputusan memberikan gelar pada seseorang. Hanya lantaran hubungan darah atau karena kecintaannya kepada seseorang, melainkan adanya ketajaman spiritualitas yang dimiliki.
Almagfurullah Maulana Syekh Abdul Majid, pendiri organisasi Nahdlatul Wathan satu satunya organisasi yang lahir di NTB, dengan segenap kemampuan dia membina dan berjuang sehingga perkembangan organisasi tersebut seperti sekarang ini.
Dari rahim istri-istrinya hanya dikaruniai 2 orang putri, Hj. Rauhun dari rahim istrinya Hj. Johariah dan Hj. Siti Raihanun Zainuddin Abdul Majid ( Ketua PB NW sekarang) terlahir dari wanita keturunan ulama asal Jenggik Lombok Timur Hj. Rahmatullah. Dari kedua putri tersebut terlahir 12 orang cucu laki dan perempuan.
Dari keduabelas cucunya hanya satu cucu yang dinobat dan dipercaya mampu menggantikan perjuangannya membesarkan organisasi NW yang dengan susah payah dibangun. Cucunya tersebut adalah Tuan Guru Bajang KH Lalu Gede Muh Zainuddin Atsani, terlahir dari pasangan, Drs. H. L.G. Wiresentane – Hj Siti Raihanun Zainuddin AM, pada 6 Januari 1981 silam di tempat kelahiran kakeknya, Rumah Desa (Gedeng Dese), waktu lahir yang memberikan nama beliau adalah Maulana Syaikh sendiri dengan nama Zainuddin Atsani, dengan harapan, kelak kalau sudah dewasa bisa menggaantikan posisinya untuk membimbing ummat dan melanjutkan perjuangan organisasi NW.
Satu-satunya istri Maulana Syekh yang masih hayat, Hj. Rahmatullah yang juga nenek tuan Guru Bajang KH. Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani, kepad wartawan tabloid ini menuturkan kisah kelahiran sosok Tuan Guru Bajang KH Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani. Memiliki keturunan ulama motivasi awal perkawinan antara Maulana Syekh dengan istrinya Hj. Rahmatullah beliau satu-satunya istri yang dipilihkan oleh orang tua Maulana Syekh, TGH. Abdul Majid. Karena Hj. Rahmatullah ini keturuanan seorang ulama dengan harapan agar keturunannya nanti bisa melahirkan seorang ulama pula.
“Sejak saya berumur 10 tahun orang tua Tuan Guru (TGH Abdul Majid) sudah membicarakan dengan orang tua saya untuk menikahkan saya dengan tuan guru. Padahal pada saat itu saya tidak pernah berfikir untuk menika, saya bilang sama TGH. Abdul Majid bahwa saya tidak akan menikah sampai tua”, tutur Hj. Rahmatullah.
Pada saat Hj. Siti raihanun mengidam anak-anaknya, nenek Hj. Rahmatullah selalu mendapatkan firasat dan pertanda bahwa Hj. Raihanun akan hamil, “setiap anakku, hamil selalu dijaga sama ular dan selalu saya bermimpi dan melihat sesuatu”, tuturnya.
Namun yang aneh, katanya, Tuan Guru Bajang KH Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani dia tidak melihat apa-apa dan tidak dijaga ular seperti cucunya yang lain. Ternyata pertanda kehamilan itu diketahui oleh Maulana syekh, kala itu Maulana syekh memerintahkan dirinya untuk membuka semua jahitan pakaian Jh. Siti raihanun. “Saya disuruh untuk melepaskan semua jahitan pakaian yang biasa dikenakan hj. Siti Raihanun untuk disimpan, raihanun akan hamil tolong lepaskan semua jahitan pakaian yang dikanakannya dan disimpan” tutur Hj. Rahmatullah meniru perkataan suaminya.
Ketika Tuan Guru Bajang Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani lahir dalam keadaan bersih tanpa darah, Maulana syaikh langsung menimangnya sambil memperhatikan seluruh badan cucunya. Hal ini berlangsung selama beberapa hari sebelum diberikan nama, tidak lama kemudian Hj. Rahmatullah dipanggil Maulana syeikh, “ ni wah pengentikku, iye taok jak turunan aranku, Zainuddin Atsani ye jari arannan” ( ini sudah yang akan menggantikan saya, di (Zainuddin Atsani) yang akan menggantikan namaku, Namanya Zainuddin Tsani) tutur Hj. Rahmatullah lagi-lagi menirukan perkataan Maulana Syaikh kala itu.
Bahkan maulana syekh mempercayakan keturunan Tuan Guru Bajang Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani yang akan mewarisi nama Zainuddin selanjutnya. Keturunan Tuan Guru Bajang Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani yang laki nantinya akan menjadi Zainuddin Tsalits (Zainuddin ke tiga) dan seterusnya.
Secara fisikpun antara kakek dan cucu ini bagai pinah dibelah dua. Selain itu dalam perjalanan pendidikannya juga sama. Itu artinya selain secara fisik Tuan Guru Bajang Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani, juga sama dalam riwayat pendidikannya, Maulana syaikh adalah alumnus Madasah As-shaulatiyah Makkah Al Mukarramah. Sebelum wafat beliau berpesan agar Tuan Guru Bajang Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani melanjutkan studynya ke tempat dirinya mengenyam pendidikan terakhirnya.
Tuan Guru Bajang Lalu Gede Muh. Zainuddin Atsani tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang konsisten terhadap masalah keagamaan sebagaimana figur seorang Tuan guru pada umumnya. Meskipun gelar Tuan guru Bajang yang ia sandang, namun tidak pernah menunjukkan rasa sombong pada setiap orang. Interaksi sosialnya yang tidak pernah membedakan antara eleman masyarakat yang satu dengan yang lainnya membuat siapa saja yang bertemu dengannya selalu merasa kagum.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rambut Panjang Dalam Islam !!!! Bolehkah....????
DALAM Islam sesungguhnya rambut panjang bagi pria tidak dilarang, namun hendaknya dirawat sebagaimana mestinya . Rasullulah sendiri ter...
-
STOP POLITIK FITNAH Jangan karena tidak menerima ketentuan Allah lalu kita memfitnah yang lain. Jangan sampai Politik dunia memecahkan ...
-
Ada seorang yg miskin bertanya pada Sang Guru Bijak, *"Mengapa aku menjadi orang yg sangat miskin dan selalu mengalami ...
-
[4/7 15:39] Dr Fahrurrozi Dahl: *CERITA CINTA ALUMNI MDQH* *PLUS FAKULTAS SASTRA*. Kami memanggilnya Fat. Adik kelas di Fakultas Sastr...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar