Jumat, 06 Juli 2018

*BUKAN CINTA YANG ANEH?*


*BUKAN CINTA YANG ANEH?*

Tuak Nur, nama panggilannya. Ciri khasnya suka bebebet yakni mengenakan kain tenun Sasak  menjadi ikat pinggang. Sebelum aktif khidmat, Tuak Nur yang kalem dan sederhana pernah menjadi Pegawai Teladan di Balai Bahasa NTB. Wal hal, dulu dia tidak lulus cumlaude di Fakultas Sastra dan tidak juga rangking 10 besar di MDQH. *Aneh*

Apa istimewanya anak Dasan itu? Mudah ditebak, ia rajin dan telaten. Tentu tanpa tanya mengapa, jika diperintah bekerja.

Tuak Nur pulang kuliah S2 dari Universitas Udayana dan mewakafkan dirinya *mirip Tuan Guru* di Pontren Al-Mahsun Khidir NW Dasan Tapen Gerung. Tuak Nur pernah ingin bersorban tapi mimpinya tidak kesampaian. *Kasian*.

Tuak Nur hilang 8.5 tahun dipanggil negara untuk bekerja di Palangkaraya. Sepulangnya, ia sering cuti dari kantornya di jalan Lingkar dengan bermodal "nggih" untuk khidmat organisasi yg telah mendewasakannya.

Ya, Tuak Nur yg kadang dipanggil Gede Nur adalah lelaki yg selalu siap kerja 24 jam menerima titah Ummuna wa Syaikhuna. Ia mengaku masih mu'allaf di NW dengan kesadaran bahwa Ummuna adalah Pimpinan Tertinggi NW dan Syaikhuna adalah Pengganti Maulana.

Dia tidak takut dipecat ketika tugas emergency organisasi memaksanya keluar dari kantornya. Ketika BAP ketiga atas dakwa indisipliner dia pun tak melawan. Pasrah. Biarlah sudah. Tak lama kemudian dalam beberapa minggu orang yg memberinya BAP dimutasi pula.
*Aneh*.

Lelaki yang suka Wirid Nur sejak awal MDQH itu seringkali berjamaah menangis dengan sahabatnya terutama jika bercerita tentang perjuangan Perempuan Tangguh pujaan hatinya. Baginya, Ummuna adalah Ibu, Pemimpin, Teladan, Pelipur Duka, Mursyidah, dan Inspirasi Hidup tiada tara.

Tuak Nur, Wakil Dekan Sastra itu juga kerap didatangi oleh Syaikhuna ke rumahnya. Bahkan pernah dibangunkan dari tidur oleh Beliau. Ia yakin, Pemimpin Muda panutannya bukan manusia biasa. *"Ne Zainuddin Tsani, penggentik-ku"*, basen Maulana yg amat diyakininya.
(Alfatihah lahu)

Tuak Nur anak Sastra Arab yang jadi Penyelia Ahli Bahasa Indonesia sama seperti Lalu Mustajab kawannya; lulusan Sastra Arab jadi Guru PNS Bahasa Indonesia di SMAN Lingsar Lobar. Atau Halimah Sumbawa lulusan Sastra Arab Sertifikasi PAI di SMAN 2 Sumbawa. Atau Dekannya jebolan Sastra Arab jadi Dosen Bahasa Indonesia di UIN Mataram. Arab-Indonesia, AC-DC.
*Aneh?*.

Tuak Nur dikenal sebagai sosok bertanggung jawab dan tidak takut pada siapapun. Pengabdian adalah cita dan citra agung dirinya. "Biarlah saya kembali memakmurkan organisasi NW sebagai rumah besar yang harus dirawat apapun yang terjadi", ucapnya suatu hari.

*Nekat atas tekad*
*Itu tradisi Sastra*
*Percaya saja*
*Anak Sastra*
*Nyata pengabdiannya*

#CatatanDekanFakultasSastra
*_Kuliah di Sastra Yukk_*
*Share for Syi'ar*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rambut Panjang Dalam Islam !!!! Bolehkah....????

  DALAM  Islam sesungguhnya rambut panjang bagi pria tidak dilarang, namun hendaknya dirawat sebagaimana mestinya .   Rasullulah sendiri ter...