Kamis, 06 September 2018
[ Re-Branding Lombok Internasional Airport , perlu ? ]
[ Re-Branding Lombok Internasional Airport , perlu ? ]
Pro – kontra tentang usulan rencana untuk merubah nama Lombok Internasional Airport menjadi TGKH Zainul Abdul Madjid Airport mengusik saya untuk mencoba berbagi pemikiran terkait hal ini.
Sebagai praktisi di bidang kreatif strategi saya mencoba meneropongnya dari sisi bagaimana branding airport seharusnya dilakukan.
Memilih nama yang tepat untuk sebuah airport adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Co-Founder & CEO StartJG Mike Curtis yang merupakan sebuah perusahaan Agen kreatif global yang telah memiliki pengalaman Internasional di dalam melakukan rebranding di beberapa bandara paling terkenal di dunia, antara lain seperti Dubai Airports dan Qatar's Hamad International, menjelaskan bahwa memberikan nama dari sebuah Airport itu lebih dari sekedar mencerminkan sebuah "fasilitas fungsional", melainkan nama sebuah Airport adalah cerminan dari "pernyataan kebanggaan nasional"
Sebuah rencana rebranding Airport menjadi penting disaat kondisi airport itu secara bisnis memang perlu untuk dilakukan perubahan yang tujuannya adalah untuk memperluas, mengembangkan dan mengkomunikasikan visi yang lebih jelas mengenai masa depan airport, masa depan kota, masa depan propinsi atau bahkan negara, dalam pasar yang semakin kompetitif saat ini, kebutuhan akan merek untuk menjadi bisa menonjol adalah sesuatu yang penting untuk dihargai.
Nama airport itu selain penting juga bisa memberikan dampak besar bagi masyarakat yang dilayaninya, Karena terkait sangat erat dengan identitas, budaya dan warisan kota atau negara, kita sama – sama tahu airport sering dinamai berdasarkan wilayah geografis di sekitarnya, nama dari sebuah landmark utama ataupun nama dari pemimpin, pahlawan nasional yang berpengaruh.
Di seluruh dunia, ada perbedaan yang signifikan dalam bagaimana daerah memilih nama airport mereka. Sebuah tesis doctoral di Eropa pada tahun 2011 yang mencoba mengeksplorasi tren di dunia global menyangkut hal ini disimpulkan bahwa ternyata menamai airport berkaitan dengan sesuatu yang paling menjadi ikon daerah itu, baik itu berupa atraksi alam ataupun sesuatu buatan manusia , sementara di airport-airport di Amerika Latin sering menggunakan nama pemimpin politik atau tokoh revolusioner. Secara keseluruhan, lebih dari 75% airport di seluruh dunia diberi nama berdasarkan sebuah tempat, sisanya dinamakan berdasarkan nama tokoh yang berpengaruh di Negara itu.
Dalam memilih nama harus dipertimbangkan berbagai aspek secara keseluruhan, baik itu menyangkut tujuan bisnis , visi jangka panjang airport, nilai-nilai sejarah ataupun budaya masyarakat setempat , dan image yang bisa timbul dimata para penumpang baik domestik dan internasional, hal ini semua diharapkan dapat tercermin kuat dari nama airport yang diberikan.
Dan yang tidak kalah pentingnya didalam memberikan nama kepada sebuah airport itu berdasar kepada apa yang menjadi keinginan masyarakat luas dimana airport itu berada.
Kita ambil Contoh misalnya di Singapura, baru – baru ini dilakukan gerakan melalui sebuah petisi online yang ditandatangani oleh lebih dari 12.000 orang yang mengusulkan untuk mengganti nama Bandara Changi dengan nama almarhum Lee Kuan Yew, perdana menteri pendiri negara tersebut, kemudian terkumpul 12.481 tanda tangan, petisi tersebut kemudian di sampaikan kepada Menteri Perhubungan Singapura Lui Tuck Yew dan telah diterima oleh pemerintah untuk dipertimbangkan, dan Jika berhasil, bandara Changi akan dikenal sebagai Bandara Internasional Lee Kuan Yew.
Melakukan rebranding dari sebuah airport membutuhkan perlibatan banyak pemangku kepentingan mulai dari pembuat keputusan, para wakil rakyat , tokoh masyarakat, otorita bandara, kementerian pusat , pihak swasta , intinya seluruh komponen masyarakat yang mencakup otoritas baik nasional ataupun lokal
Rebranding sebuah airport dapat memberikan pengaruh besar terhadap kesan pertama di benak para wisatawan tentang suatu daerah tujuan wisata , terutama tentang bagaimana peningkatan fasilitas dan layanan di airport tersebut
Melakukan Rebranding Lombok International Airport dengan berganti nama menjadi Maulana Syaikh International Airport ataupun Bandara Internasional Tuan Guru Zainuddin Abdul Madjid adalah suatu langkah Re-Branding yang dapat semakin memperkuat identitas ke –NTB an dalam segala aspeknya ,
dalam aspek ketokohan, beliau adalah Sosok yang diberikan anugerah penghargaan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi , jadi jelas tidak perlu diragukan,
dalam aspek branding , nama Maulana Syaikh dapat mampu menjadi “ Hero Icon “ yang bisa dimunculkan sebagai penguat citra NTB diantara propinsi-propinsi lain di Indonesia ,
dalam Aspek Pariwisata , Sosok Maulana Syaikh dapat menjadi maghnet baru dari ketertarikan wisatawan untuk mengetahui “ Napak Tilas Sang Maulana “ sebagai Pahlawan Nasional yang kemudian bisa dikemas untuk menjadi sebuah paket perjalanan wisata.
Intinya, Re-Branding LIA akan menjadikan NTB tidak hanya terkenal dengan pariwisatanya tetapi juga terkenal karena sosok dari Seorang Maulana Syaikh yang telah memberikan contoh warisan keilmuan, warisan sosial, dari generasi ke generasi di propinsi kita yang tercinta ini.
Re-Branding LIA adalah awal Re-Branding NTB mendunia , Setuju ?
Taufan Rahmadi
Praktisi Kreatif Strategi
www.taufanrahmadi.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rambut Panjang Dalam Islam !!!! Bolehkah....????
DALAM Islam sesungguhnya rambut panjang bagi pria tidak dilarang, namun hendaknya dirawat sebagaimana mestinya . Rasullulah sendiri ter...
-
STOP POLITIK FITNAH Jangan karena tidak menerima ketentuan Allah lalu kita memfitnah yang lain. Jangan sampai Politik dunia memecahkan ...
-
Ada seorang yg miskin bertanya pada Sang Guru Bijak, *"Mengapa aku menjadi orang yg sangat miskin dan selalu mengalami ...
-
[4/7 15:39] Dr Fahrurrozi Dahl: *CERITA CINTA ALUMNI MDQH* *PLUS FAKULTAS SASTRA*. Kami memanggilnya Fat. Adik kelas di Fakultas Sastr...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar