Senin, 09 Juli 2018
MOTHER, HOW ARE TODAY?*
*MOTHER, HOW ARE TODAY?*
by: Literature Faculty Dean
Tidak ada yg bisa meluruskan perasaanku kecuali ketulusan ibu. Ketika aku hampir mati tersambar petir di suatu hari hujan, ibuku menemukanku nyaris tak bergerak di area pembakaran batu kapur. Dengan langkah gelisah berpayung karpet biru beliau menembus gelegar petir disertai kilat di langit sore.
Dalam jarak 10 meter aku berlari menubruknya dan menggayut tubuhnya yg telah basah. Kurasakan dekapan itu mengalirkan hujan cinta yg tidak pernah reda. Ibu sama sekali tidak marah padaku meskipun di raut wajah cantiknya tergurat kekhawatiran yang sangat pedih.
*I love you, Mother*.
Entahlah, sejak kapan aku menjadi penurut pada Ibuku. Apakah sejak peristiwa halilintar yang menewaskan seorang petani dan anaknya itu, ataukah saat setiap orang gemes dengan gempal tubuhku semasa balita. Entahlah. Yang jelas beliau sayang dan percaya padaku.
Beliau sangat percaya padaku sejak tamat sekolah dasar, itu kurasa. Aku yang memilihkan diriku sekolah dan itu swasta, MTs. Muallimin. Beliau percaya pilihanku.
Beliau juga tak memperhatikan pamanku jelang tamat Muallimin saat memintaku tinggal bersamanya dan akan menanggung kuliahku sampai tuntas. "Terserah keponakanmu", jawab beliau. Beliau percaya padaku memilih Aliyah dan kuliah di lembaga swasta.
Saat ujian CPNS di UIN Mataram selepas tamat Fakultas Sastra, aku bergegas pulang dan memohon doa pada beliau.
"Ibu, mau tes CPNS besok, mohon doa", pintaku.
"Lulus sudah", jawab beliau spontan.
Aku berulang memintanya berdoa namun beliau tidak mau melantunkannya atau menengadahkan tangannya.
"Lulus sudah", kata itu diulanginya.
Di balik kata itu, ada 'kun' di sana.
#
Aku memilihkan diriku MDQH dan Fakultas Sastra lalu ibuku ridlo maka aku dapatkan indah yang Allah pilihkan. Aku memilih MDQH & UNW Mataram karya "Monumental" Maha-Guruku dan aku hidup berkecukupan.
@lhamdulillah
#
Lama juga kumerenung tentang keyakinan dan keridloan orang tua. Lama juga belajar meyakini tentang makna keridloan, sampai kini menjadi orang tua.
Aku yakin jua bahwa *Ridlo orang tua adalah doa yang tak bertepi*.
Aku amat yakin raihan prestisius-ku karena keyakinan dan kerelaan *Raihan, Ibuku*. Aku juga yakin kebenaran spiritualitas-ku karena disempatkan-Nya memilih khidmat pada *Sang Raihanun, Ibu Mursyidah-ku*.
*_Maafkan ibu, aku belum bisa membuatmu tersenyum_*.
#
*Ridlo-mu ibu adalah doa yang tak pernah usai*. *Bakti padamu guruku adalah kekayaan sejati yang tak terbeli*.
Di pintu Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram aku memperkukuh kakiku untuk "ngiring" Sang Maha Guru Sejati, al-Magfurulah Kiyai Hamzanwadi dan Sang Pengganti.
#CatatanLangitSore
#F.Sastra_UNW_Mataram!
*_$h4re 4 Syi4r_*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rambut Panjang Dalam Islam !!!! Bolehkah....????
DALAM Islam sesungguhnya rambut panjang bagi pria tidak dilarang, namun hendaknya dirawat sebagaimana mestinya . Rasullulah sendiri ter...
-
STOP POLITIK FITNAH Jangan karena tidak menerima ketentuan Allah lalu kita memfitnah yang lain. Jangan sampai Politik dunia memecahkan ...
-
Ada seorang yg miskin bertanya pada Sang Guru Bijak, *"Mengapa aku menjadi orang yg sangat miskin dan selalu mengalami ...
-
[4/7 15:39] Dr Fahrurrozi Dahl: *CERITA CINTA ALUMNI MDQH* *PLUS FAKULTAS SASTRA*. Kami memanggilnya Fat. Adik kelas di Fakultas Sastr...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar