Kamis, 05 Juli 2018

CERITA CINTA ALUMNI MDQH* *PLUS FAKULTAS SASTRA*.


[4/7 15:39] Dr Fahrurrozi Dahl: *CERITA CINTA ALUMNI MDQH*
*PLUS FAKULTAS SASTRA*.

Kami memanggilnya Fat. Adik kelas di Fakultas Sastra, si tampan dari Bermi. Dulu dia tidak gemuk. Sekarang setelah Doktor dia jadi gendut. Dr.Fathurrahman, SS, M.Ag.

Ayahnya seorang pejabat di Kemenag Lotim saat itu dan dari keluarga kaya. Saya heran pada manusia model Dinda Fat, karena (1) anak keluarga kaya tapi tidak pergi kuliah ke PTN atau PTS bergengsi; (2) hanya dia dari Pancor Bermi dari ratusan pemuda seusianya yg masuk MDQH saat itu.

Setelah terpuruk pada cinta-khilaf yang tak bisa menentramkan hatinya, ia pun bertekad bangkit dan memilih kuliah di Fakultas Sastra. Itu tahun ketiga dia di MDQH.

Setelah beberapa tahun berlalu, saya terkejut mendengar kabar bahwa dia menjadi dosen PAI di Universitas Mataram (UNRAM). Saya juga teramat senang karena dia masih mengingat baik tentang MDQH dan Fakultas Sastra.

Dia biasanya berbincang dengan saya menggunakan bahasa Pancor dengan logat Bermi. Dalam sua dan berbagai bincang lepas itu, saya melihat kemuliaan dan kepedulian hatinya berjuang untuk Nahdlatul Wathan. 

Dr. Fat adalah lelaki yg ditakdirkan tidak "tolngap" di lingkungan pesantren Darunnahdlatain NW. Tolngap mirip dg "lempas pawon care kopang". Dr. Fat mengambil beribu hikmah belajar langsung dari Maulana. Hal yg tidak dilakukan oleh penduduk kampungnya.

Fakultas Sastra telah mengantarkannya ke UII Yogyakarta, lalu ke UIN Surabaya. Berkah itu pula yang mengantarnya menjadi Kaprodi S2 PAI Pascasarjana UIN Mataram.
Katanya: *_sastra nyata berkahnya_*

Dia diberi dan in sya Allah diridlai.
Dia berusaha, sukses diraihnya.

*Mari Dinda, kita jaga diri*,
*jaga hati*,
*berjuang untuk Nahdlati*
*Moga hidup kita semua terberkati*
*Berkah ngiring*
*Sang Raja Diraja Wali*
Amin.

#catatandekanFSastra
[5/7 07:35] Dr Fahrurrozi Dahl: *ADIKKU, I LOVE YOU*

Kalau ada Sahabat setia yang paling *semangat sekaligus menyebĂ lkan* dialah orangnya. Dia mau ikut apa dan kemana tanpa pernah bertanya.

Kelas 1 Muallimin saya botak, dia ikut. Kelas 2 botak dia juga ikut.  Saya pindah mondok, dia ikut. Saya punya ukhti kenalan, dia ikut. Saya kuliah di Sastra, dia juga ikut. Sebel kaan?

Saya mengajaknya mengumpulkan sandal di banjir kali Tojang Pancor Sanggeng dan memilahnya untuk dipakai oleh kami dan penghuni Asrama, dia juga tidak bertanya. Dia hanya manggut-manggut setelah beberapa pasang sandal bekas yang alasnya telah dibalik siap dipakai banyak orang. Sebel!!!

Itu juga yg kami lakukan setiap Zikral Hauliyah menjadi tukang sapu dan mendapatkan dua tiga pikulan sandal sebelah yg masih hidup. Kami pasangkan sekenanya di sekretariat Senat MDQH lalu kami jejerkan sepanjang teras al-Abrar. Esok hari biasanya hanya tertinggal beberapa saja. Dia tentu mafhum. Sebel!!!.

Saya marah sambil sedikit bersorak saat dia ke kampus menggunakan sarung putih lusuh berkerut. Bukan karena lusuhnya tapi dia gunakan dua sarung sekaligus. Sebel!!!
Di kemudian hari saya sedih karena ternyata dua sarung itu ada yang robek depan ada yang robek belakang.

Dia manut saja saat saya minta mengajar di lereng Rinjani di pelawangan Senaru dgn celana pemberian teman sambil menyelesaikan skripsinya. Maaf telah membuatmu jauh dariku, Dinda.

Dia manut saja mengajar di hutan wal hal punya madrasah n Bapaknya Kepala Sekolah SDN Gunung Amuk.

Saya nikah, dia juga tak sabaran. Pengen ikut. Saya kuliah di Universitas Terbuka,  lagi-lagi ... .... ikut-ikutan. Dia harus turun gunung tentu saat itu. "Kak pinjam Modul dan Tugas Mandiri", katanya. Gratisan.
Sebel!!!

Saat sowan di pondok singgah bertembok bata mentah di Kediri dia juga mau ikutan. Dia mau ikutan jadi CPNS di tahun itu. Ikut saya tentu. Sebeeeellll.

Entah bagaimana takdirnya berjalan dia bisa saya temui di Kantor KUA Pringgarata sdg mencatat nama dedare dan terune yg menikah.

Saya bersyukur bertemu sahabat menyebalkan dari sekian kawan diskusi dan kawan mengaji tanpa tendensi itu ini. Bagi kami alumni Fakultas Sastra, PNS bukan cita-cita tertinggi.

Kawan,
*pria tampan yg saya temui di Pesantrennya menjadi ustaz sekaligus tukang sapu, tukang amplifier, tukang soder, tukang ledeng, tukang listrik, tukang besi, tukang kayu, peternak ayam, penjaga madrasah, pemikul gabah, yg kini juga mahasiswa Pasca UIN ternyata sekarang telah mendapat bonus menjadi Guru PNS di MAN 1 Praya*.

Syukur yang tiada Tara telah mendapatkan pelajaran ketekunan, kegigihan, kesabaran dan moga keikhlasan dari Maulana Syaikh.  *_Alfatihah untukmu Maha Guru_*.

Maaf, adikku ISA Qutbuddin, QH, SS. Kakak akui, kakak lebih menyebalkan. Karena kakak tak punya Pondok Pesantren.
Maafkan Kakak.
Salam ma adik, kakak & Inak.

#CatatanDekanFSastra
#UNWMataram
*_Share for Syi'ar_*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rambut Panjang Dalam Islam !!!! Bolehkah....????

  DALAM  Islam sesungguhnya rambut panjang bagi pria tidak dilarang, namun hendaknya dirawat sebagaimana mestinya .   Rasullulah sendiri ter...